Sejenak
melepas kepenatan Ibu Kota Mamih dan keluarga pergi ke Bandung sekaligus
mengantar Babam terapi, ketika kembali ke Ibu kotat, ternyata pas sekali hari
senin mamih harus pergi untuk mengisi hari menjadi juri tari di sebuah Festival
dan Lomba Seni Siswa Nasional Tingkat SMP. Bergegaslah mamih menuju lokasi yang lumayan
jauh di daerah priuk dan waktu tempuh plus macet dari Depok itu sekitar 2,5
jam.
Mamih
berangkat jam 6, dan sampai dilokasi sekitar pukul 8.30 dan belum dimulai, masih
ada beberpa kata sambutan. Ketika bertemu dengan rekan juri lainnya senang
sekali karena memang memiliki latar belakang pendidikan seni tari, dan mamih
sok sok an nebak nih nanti dalam penilian mungkin bisa menentukan pemenang yang
sama dan nilai nya tidak terlalu jauh. Obrolan kami sambal menunggu waktu
biasalah menceritakan kesibukan dan latar belakang masing-masing.
Salah dua
juri atau keduanya yang merupakan laki-laki dan perempuan bilang,” mba nya nari
dimana , masih aktif yah nari??”. Saya senyum-senyum sambal berucap, wah udah
lama sekali bu gak menari, terakhir sekitar 4 tahun lalu ketika hamil Babam 7
atau 8 bulan, sayang videonya gak ada. Belum lama ini papih menawarkan sesuatu
yang membuat hati mamih makin teriris hasiikkk, ada kesempatan menari tetapi
pas banget passport mamih habis yasudahlah mungkin belum rejeki atau memang
belom boleh nari lagi. Papih pun bilang ya nanti kalau mau kerja ngajar aja,
kalau nari kan waktu ny sudah susah. Jadi curhat.,,..
Berulang kali
jadi guru tari, pihak panitia masih banyak yang salah untuk menentukan ABCD
sampai Z aspek yang dinilai, padahal hanya perlu 4 aspek penting yang selalu
saya ingatkan ke panitia, tapi tahun ketahun tetep aja nih yah salahh terus,
jangankan utnul aspek penilaian duh
koordinasi disini yah harap maklum, penulisan nama udah berapa kali saya
benarkan tetep aja salah
Senang ketika
saya bisa memberikan penilaian yan objektif dan bersama teman-teman juri juga
bisa saling bertukar pikiran dan mereka berbagi pengalam bidang tari, kalau
mamih mah masih bersyukur aja bisa lulus pas waktunya. Untuk melanjutkan
pedidikan bidang seni juga masih biubar jalan dan wacana panjang ali yah,
melihat Babam juga masih perlu pendampingan apalagi kalu full bersama orang
lain juga gak bisa.
Akhirnya jam
9.30 peserta mulai menyerahkan synopsis tari yang di ciptaka, banyak diantara
peserta yang kostumnya sudah bagus tetapi, tari yang ditampilkan tidak sesuai
ketentuan, padahal dari tahun ketahun tema dan ketentuan tidak jauh berbeda dan
yang bikin sedih banyak yang menampilkn seadanya dan mengecewakan. Dari 16
peserta hanya ada 5 peserta yang memenuhi kriteria dan ketentun
perlombaan. Apa sulitnya yang
membaca peraturan dan ketentuan lomba toh hanya tinggal baca dan di ikuti saja
intruksinya, apalagi pedamping para murid disekolah itu juga jelas kan
pendidikannya. Sesulit itukah melestarikah budaya Indonesia???
Jelas
sekali Tema : kearifan budaya lokal, mengambil sub tema flora atau fauna,
dengan tidak menampilkan Tari Baku (yang sudah ada dan punya paten dari
penciptannya) , jadi seluruh penampilan memang harus benar-benar di kreasikan
sendiri. Tapi lagi-lagi bnyak peserta atau pendaming yang tidak tahu antara
Tari Baku dan Tari Kreasi, apalagi keraifan budaya lokal ini, harus mengangkat
budaya Betawi.
 |
| Foto 5 tahun lalu saat mamih masih mengajar |
Masih ada
loh yang menampilkan tari modern dengan irirngan lagu “Closer” saya cuma angguk-angguk
menimati lagunya. Lalu ada juga tari modern dengan mengkolaborasi music daerah
juga modern tapi saying music iringan dari daerah Bali yang diambil. Yakan
mereka tinggal di Jakarta bukan di Bali. Duhhh duuhhh gemes litany, kaya pengen
bilang ini guru nya kemana???
Untungglah
ada beberapa tari yang sesuai dengan kriteria penilaian. Kasihan kan para
peserta sudah dandan all out tapi ya gak masuk penilaian karena gak sesuai
ketentuan. Mamih juga beberapakali membawa anak-anak lomba, ya pastii yang
dilihat ketentuannya terlebih dahulu.
Keempat aspek
yang dinilai bila sudah sesuai dengan ketentuan yaitu :
- 1.
Wiraga
- 2. Wirasa
- 3. Wirama
- 4. Wirupa
Nah empat
hal diatas sudah mewakili kesemuanya termasuk keseluruhan koreografi dan pola
lantai, aspek tenaga , ruang dan waktu juga sudah masuk ada di dalammnya.
Padahal
kalau mau mengambil tema-flora dan fauna sangat luas loh di Jakarta ini, mau
kolaborasi dengan musi EDM juga bisa. Mau memperluas dari unsur kostum dan tata
rias bisa sekali.
Dari beberapa
peserta yang sudah mamih dan temen juri nilai nih memang pemberian poinnya hamper
sama satu sama lain, kita juga berdiskusi untuk pemenang yang akan di kirim ke tingkat selanjutnya.
Jadi juri juga mencatat panjang sekali yang harus di optimalkan oleh peserta
yang lanjut berikutnya. Masih banyak sih yang melupakan kerapihan tata rias,
pemasangan dan kerapihan juga kebersihan kostum, apalagi masih banyak peserta
yang telapak kakinya kotor, ya sebelum pentas kan bsa dibersihkan dulu pake tissue
basah jadi pas dipanggung sudah bersih dan enak dilihat.
sesekali mamih pernah juga dengan teman atau rekan juri dengan latar belakang pendidikan bukan dari kesenian, atau teman seprofesi yang dari sanggar atau memang jam terbangnya tinggi, memang ada perbedaan penilaian kalau yang memang bukan dari pendidikan seni. Ad rasa, selera dan sentuhan yang berbeda, mamih selalu terkagum-kagum melihat pertunjukan tari balet atau pertunjukan dari luar negeri dengan harga tiket jutaan, ya pantas saja hasilnya luar biasa membuat tetesan air mata.
bukannya sekali lagi meremehkan pertunjukkan dari negeri sendiri yang beberapa kali mamih lihat biasa aja padahal tiketnya mahal, dan di isi oleh banyak seniman kenamaan loh. Tapi tampilannya beda, cepat bosan klimaks juga naik turun, justru mamih lebih semangat jika ada opera atau konser anak-anak lebih banyak kemurnian yang ditampilkan. Waktu masih kuliah dan beberapa kali nonton pertunjukan seni tari di IKJ atau GKJ pernah membuat mamih kagum juga, apalagi kalau penampilan solois artinya hanya seorang penaari yang tampil, bisa menimbulkan gejolak, mengungkap makna juga menebar sebuah makna yang mendalam bagi penontonnya. masih cetek lah mamih kalau ilmu mengenai koreografi dan seni.
Karena kuliah di seni tari itu agak mahal untuk proses segala macam bentuk pertunjukkan, tetapi agak miris sih kalau ilmu yang kami-kami para seniman miliki sulit dihargai apalagi dianggap hanya penghibur dan pembuat tawa.
Semoga peserta
yang kami pilih mampu mewakili sekolah dan wilayahnya untuk bertanding lagi
dengan catatan yang memang harus dimaksimalkan.
Jadi kangen
nari??
PASTI
hahahahah