 |
| Saat di kereta |
Setelah
berpamitan dan ber say- say bye-bye, see ya, matur nuwun, kita melangkahkan
kaki kearah luar disambut dengan embun dan membasahi batu batu di halaman rumah
Jatisrono. Yap kita sudah bersilahturahmi pada hari itu, dan menghaturkan rasa
terima kasih yang hangat karena disambut baik dan di perlakukan dengan
istimewa.
Barang bawaan kami bertambah
banyak dengan diberikannya oleh-oleh juga berbagai pesanan untuk keluarga
dirumah, wahhh tambah lumayan donk yah, sebenaarnya mau meminimalisir barang
supaya tidak repot karena sudah membopong si kecil Abraham, yang berat badannya
menurut saya tidak kecil lagi.
Perjalanan ke Surabaya
Kita menuju terminal Bus untuk melanjutkan perjalanan ke
Surabaya, sebelumnya perjalanan kami dari Jakarta ke Yogyakarta, suda
diceritakan juga bagaimana pesiapan kami untuk seminggu kedepan di tulisan
sebelumnya di : Mempersiapkan
Travelling . Selanjutnya setelah di Yogyakarta saya melanjutkan
cerita di Perjalanan
Yogya-Jatisrono dengan menggunakan kendaraan umum. Begitu cerita kami
sekarang masih memantapkan pilihan dengan kendaraan umum, tetapi memilih bus
dengan fasilitas yang memiliki AC agar Abraham tidak terlalu rewel dan bisa
tidur disepanjang perjalanan, karena perjalanan sebelumnya Abraham tidak tidur
karena gerah dan lumayan sumpek berbaur dengan berbagai bau yang campur-campur.
Perjalanan yang kami tempuh sekitar 5 jam, dan benar saja dijalan Abraham hanya
menyusu, makan biskuit lnatas tertidur, tidak menimbulkan tangisan berarti,
walaupun ia tetap aktif, kadang saya berdiri bergantian dengan suami mengajak
Abraham bermain sejenak, sekedar menyanyi atau bermain cilukba. Bus yang kami
tumpangi agak penuh banyak penumpang yang berdiri, juga pengamen yang
bergantian menjadi penghibur Abraham, karena beberapa diantaranya ada yang
suaranya masih enak di dengar, Saat Abraham tertidur pun kami sejenak
memejamkan mata, walaupun tidak sebenarnya tidur.
Malam hari kita sampai di Kota Surabaya melihat patung
Sura dan Buaya, tergabung lah jadi Kota dengan nama Surabaya (sejarah
ala-ala hehehe). Kami dijemput oleh sanak saudara di tempat yang sudah di
janjikan sebelumnya. Seingat saya sudah pernah ke Surabaya sekitar 4 atau 5
kali, tapi sepertinya yang benar-benar saya ingat ya kala ini.
Abraham Histeris
Karena sudah malam, sesampai dirumah saya istirahat, tetapi
kendala kami tak bisa tertidur adalah saat memasuki kamar Abraham langsung
mengisyaratkan muka ketakutan dan sesaat setelahnya langsung menangis, saya
agak bingung kenapa ia langsung menangis tiba-tiba, apa mungkin badannya pegal,
kami balurkan minyak kayu putih, sambil agak dipelurut atau dipijat, masih
menangis bahkan makin mencengangkan. Tetapi saya tetap bisa mengendalikan diri
dan tidak panik, saya pikir Abraham mau menyusu haus dan lapar, tetapi
tidak laku juga ternyata, saya coba kasi senandung ala-ala malah Papihnya
tertawa dan tidak memberikan dampak yang baik juga. sudah lebih dari 30 menit
Abraham menangis, kadang kencang tetapi perlahan mulai terisak-isak, atau
mungkin kolik, tapi saya ingat Abraham tidak pernah menangis seperti ini, pasti
ada yang aneh di dalam ruangan ini (kamar). Benar saja setelah saya mengamati
seuluruh isi kamar ternyata ada beberapa gambar atau karikatur, lantas saya
mencopot gambar tersebut, dan menyodorkannya ke Abraham, gambar A tak ada
reaksi masih menangis, gambar B reaksi datar, lantas gambar C terakhir, nahh
ini dia yang jadi masalah setelah saya sodorkan ke depan mukanya Abraham ia
langsung berekspresi dengan bibir melengkung kebawah, dahi mengkerut dan mata
terpejam, karena takut. Lalu saya pinggirkan lagi, dia menatap sekeliling
ruangan menangisnya sudah mereda, lalu saya ingin memastikan apa benar karena
gambar ini ia menangis, sekaligus menyalurkan bakat iseng saya sodorkan lagi
dan menagis histeris lagi. Ooh berarti masalahnya sudah ketemu, saya dan suami
geleng-geleng sambil memangku Abraham Papih tertawa heran , kenapa bisa takut
melihat gambar lucu seperti itu, lantas langsung saja Abraham saya
timang-timang dan tertidur, mungkin ia lelah di perjalanan, lelah menangis, dan
sedikit kesal karena saya sodorkan kembali gambar itu.
Saya perhatikan itu hanya gambar karikatur Mr. Bean yang
menurut kami orang dewasa, mungkin menurut Abraha itu mengerikan, hehehe. Jadi
saya sampaikan dan meminta ijin kepada Pakde untuk sementara menyimpan gambar
karikatur Mr. Bean itu dan saya ceritakan ternyata Abraham takut.
Satu Hari di Surabaya
Pagi hari di Surabaya ternyata tidak sejuk seperti yang saya
bayangkan, dan siang hari disana juga cerah meriah, diterjang sinar matahari
yang membuat legam kulit, alias panas. Kami mengunjugi beberapa saudara disana,
dan sore harinya kami mengunjungi dan melewati Jembatan Suramadu.
ternyata panjang sekali yah, sejauh 5438m, dan masih merupakan jembatan
terpanjang di Indonesia melintasi Selat Madura, yang menghubungkan Pulau Jawa
dan Pulau Madura. Lebih indah melintasi Jembatan Suramadu memaang saat
senja tiba, lampu-lampu mulai memecah langit dan memberi sentuhan cahaya yang
kontras dengan sinar matahari terbenam digantikan sinar bulan juga bintang.
Kami membeli beberapa oleh-oleh yang ada di daerah sekitar Jembatan Suramadu.
Saya membeli kostum anak, tetapi mengurunkan niat membeli topeng reog,
masih khawatir Abraham takut lagi, dan membeli beberapa VCD tari. Kami lantas
kuliner malam dengan rawon khas Surabaya, dan keseharian Abraham merasa
senang melihat berbagai kilau lampu, memegang pernak-pernik juga menikmati
aroma rawon. Kalau yang makan si Mamih dan Papih, oia Abraham juga makan Rawon
tetapi melalui ASI, hehehe.
Kembali ke Jakarta
Karena kami sudah memesan tiket pulang pergi, kami tidak bisa
menambahkan waktu liburan kami satu hari pun, 7 hari juga sudah cukup untuk
kami saling mendekatkan satu sama lain, belajar mengerti dan membagi tugas,
tidak egois dan ngebossy masing-masing pihak, walaupun beberapa kali agak lama
memutuskan beberapa hal, seperti naik andong atau tidak, beli oleh-oleh atau
tidak, mau makan apa, mungkin itu yang agak kami perdebatkan sedikit, selebih
kami gembira. Untuk Abraham saya yang menggurus semua keperluannya, seperti
menyiapkan bubur tim, buah, juga biskuit, karena baru Mpasi beruntung Abraham
tidak mengalami alergi, walauppun masih belajar untuk menerima makanan yang
masuk dalam mulutnya. Untuk pencernaan Abraham tidak begitu sensitif, bisa
sedikit terpapar udara yang tidak bersiih sepenuhnya. Nah bagian mengemasi baju
dan peralatan lainnya, itu tugas papih, karena iya bisa melipat hingga kecil
dan masuk semua barang kami di dalam keril.Tetap memisahkan baju ganti 2 buah,
popok, minyak kayu putih, tisu basah, dan handuk kecil, makanan, juga mainan
ditas selempang saya.
Kami menuju Pasar Turi dengan di antar oleh Pakde, tiket dan
tanda pengenal sudah saya persiapkan, dan membayar tiket Abraham senilai 10%
dari harga tiket kereta kelas yang kami pilih. Memasuki gerbong kereta sore
hari Abraham nampak sedikit kelelahan, matanya cekung dan tidak banyak
bergerak, ternyata air mulai keluar dari hidungnya dan Abraham sedikit flu,
tetapi wajar karena menempuh jarak yang jauh juga berpindah pindah tempat. Lalu
di perjalanan saya gempur Abraham dengan ASI juga minum air putih hangat, dan
Abraham kembali ceria, ketika malam menjelang Abraham menguap dan yeay tidur
sepanjang malam, kami bergantian bangun untuk mengganti popoknya.
 |
| Abraham Senang Dalam Perjalanan |
Sekitar 12 jam perjalan kereta kami saat itu
Surabaya-Jakarta, pagi hari Abraham menyapa, pramugari kereta, dan sedikit
gumoh mengenai pakaian yang saya kenakan, juga lantai kereta karena sehabis
menyusu. Lantas ada petugas yang datang utnuk membersihkannya, sesampainya di
Stasiun Kota kami menggunakan taksi untuk kembali kerumah dan membongkar
oleh-oleh, namun kenangan keluarga kami tetap tersimpan apik dalam hati kami semua.
Perjalanan kami waktu saat Abraham berusia 6 bulan, dan
sekarang Abraham sudah berusia 3 tahun, perjalan pertama kami saat itu mebuat
kami jadi doyan jalan-jalan, walaupun juga melihat isi kantong kami, tetapi
suasana yang kami bangun tetap menyenangkan, karena bagaimananpun sunset tetap
ada, sunrise tetap bersinar, hawa sejuk juga akan selalu hadir, tetapi kenangan
bersama keluarga akan kita ciptakan dengan kehangat serupa
 |
| Perjalanan kami yang menyenangkan |